"Sesungguhnya Allah tidak akan melihat bentuk badan atau rupamu tapi langsung memperhatikan niat dan keikhlasanmu" (H.R Muslim).
" Rasulullah ditanya tentang orang yang jihad karena keberanian dan karena kebangsaan atau karena kedudukan, yang manakah diantara semua itu yang dapat disebut fisabillillah? Jawab Nabi: Siapa yang berjihad semata-mata untuk menegakkan kalimatullah, maka itulah fisabillillah" (H.R Buchari, Muslim).
Rasulullah menatap satu persatu para sahabat yang sedang berkumpul dalam majelis, hening dan tawadlu. "Ya Rasulullah", ujar salah seorang hadirin memecahkan keheningan. "Bila pertanyaanku ini tidak menimbulkan kemarahan bagi Allah, sudilah engkau menjawabnya". "Apa yang hendak engkau tanyakan itu?", tanya Rasulullah dengan nada suara yang begitu lembut. Dengan sikap yang agak tegang si sahabat itupun langsung bertanya: "Siapakah diantara kami yang akan menjadi ahli surga?" Tiba-tiba, bagai petir menyambar, jiwa-jiwa yang tadinya tawadlu, nyaris menjadi luka karena murka. Pertanyaan yang sungguh keterlaluan, setengah sahabat menilainya mengandung ujub (bangga atas diri sendiri) atau riya'. Adalah Ummar bin Khattab yang sudah terlebih dahulu bereaksi,bangkit untuk menghardik si penanya. Untunglah Rasulullah
menoleh ke arahnya sambil memberi isyarat untuk menahan diri. Rasulullah menatap ramah, beliau dengan tenangnya menjawab: "Engkau lihatlah ke pintu, sebentar lagi orangnya akan muncul". Lalu setiap pasang matapun menoleh ke ambang pintu, dan setiap hati bertanya-tanya, siapa gerangan orang hebat yang disebut Rasulullah ahli surga itu. Sesaat berlalu dan orang yang mereka tunggupun muncul. Namun manakala orang itu mengucapkan salam kemudian menggabungkan diri ke dalam majelis, keheranan mereka semakin bertambah. Jawaban Rasulullah rasanya tidak sesuai dengan logika mereka. Sosok tubuh itu tidak lebih dari seorang pemuda sederhana yang tidak pernah
tampil di permukaan. Ia adalah sepenggal wajah yang tidak pernah mengangkat kepala bila tidak ditanya dan tidak pernah membuka suara bila tidak diminta. Ia bukan pula termasuk dalam daftar sahabat dekat Rasulullah. Apa kehebatan pemuda ini?Setiap hati menunggu penjelasan Rasulullah.
Menghadapi kebisuan ini, Rasulullah bersabda: "Setiap gerak-gerik dan langkah perbuatannya hanya ia ikhlaskan semata-mata mengharapkan ridha Allah. Itulah yang
membuat Allah menyukainya". Ikhlas adalah salah satu tiang akhlaq islami, tanpanya maka amal akan lenyap bak buih membentur karang, tak ada manfaat. Inilah kualitas paripurna kemurnian hati, hanya karena Allah dan untuk Allah. Wallahu a'lam bisshawab.
Read More ..
Kamis, 29 April 2010
Bersandar Hanya Kepada Allah
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya, mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.
Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan, buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ Tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah merugi kita.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan terpleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kantor, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah. Read More ..
Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan, buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ Tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah merugi kita.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan terpleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kantor, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah. Read More ..
Rabu, 28 April 2010
6 Wasiat Imam Al-Ghazali
Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu sang Imam bertanya:
1. "Apa yang PALING DEKAT dengan diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab: "Orang tua, guru, kawan dan sahabatnya".
Imam Ghazali menjelaskan, "Semua jawaban itu benar. Tapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI".
Sebab itu memang janji Allah SWT bahwa dalam Surah Ali 'Imran ayat 185 :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".
Maut bisa datang menjemputmu sewaktu-waktu tanpa kita tahu, dimanapun kamu bersembunyi, maut tetap akan datang menghampirimu tanpa kamu tahu kapan itu terjadi. Tapi ingat pula sabda Rasulullah saw : "Janganlah kamu takut mati karena pasti terjadi, janganlah kamu minta mati datang kepadamu dan janganlah kamu berbuat yang mendekatkan dirimu dengan mati".
Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang kedua.
2. "Apa yang PALING JAUH dari diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab: "Negeri Cina, bulan, matahari dan bintang-gemintang".
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU".
Walau dengan cara apapun kita tidak pernah akan dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kamu harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang menjadi lebih baik dari hari sebelumnya dan isi dengan beribadah kepada Allah SWT dan berbuatlah baik kepada sesama manusia agar kamu selamat.
3. "Apa yang PALING BESAR di dunia ini ?"
Murid-muridnya menjawab: "Gunung, bumi, matahari".
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar adalah "NAFSU"
Firman Allah SWT dalam Surah Al A'raf ayat 179, "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi".
Kemarahan, perzinahan, pencurian, perkelahian, peperangan dan pembunuhan, semua dimulai dari "nafsu" yang tidak terkendali. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan nafsumu, jangan sampai nafsu membawa kamu ke neraka.
4. "Apa yang PALING BERAT di dunia ini ?"
Murid-muridnya menjawab: "Besi, gajah".
Semua jawaban itu benar. Tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH".
Firman Allah SWT dalam surah Al Ahzab: 72. "Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah tersebut sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena tidak dapat memegang amanahnya."
Memegang amanah itu berat, dan siapa yang berkhianat dan tidak memegang amanah, ialah orang munafik.
5. "Apa yang PALING RINGAN di dunia ?"
Ada yang menjawab: "Kapas, angin, debu dan dedaunan".
Semua itu benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "MENINGGALKAN SHALAT".
Gara-gara cinta kepada lawan jenis, cinta kepada dunia (kekayaan), keluarga, pekerjaan kamu dengan ringan meninggalkan shalat, gara-gara bermusyawarah kamu dengan ringan meninggalkan shalat.
6. "Apakah yang PALING TAJAM di dunia ?"
Murid-muridnya menjawab serentak: "Pedang!".
Imam Ghazali membenarkan, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA".
Karena melalui lidahnya, manusia bisa melukai dan menyakiti hati saudara dan tetangganya sendiri. Luka akibat pedang masih bisa diobati, tapi luka kerena lidah kemana obat akan dicari.
Read More ..
1. "Apa yang PALING DEKAT dengan diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab: "Orang tua, guru, kawan dan sahabatnya".
Imam Ghazali menjelaskan, "Semua jawaban itu benar. Tapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI".
Sebab itu memang janji Allah SWT bahwa dalam Surah Ali 'Imran ayat 185 :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".
Maut bisa datang menjemputmu sewaktu-waktu tanpa kita tahu, dimanapun kamu bersembunyi, maut tetap akan datang menghampirimu tanpa kamu tahu kapan itu terjadi. Tapi ingat pula sabda Rasulullah saw : "Janganlah kamu takut mati karena pasti terjadi, janganlah kamu minta mati datang kepadamu dan janganlah kamu berbuat yang mendekatkan dirimu dengan mati".
Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang kedua.
2. "Apa yang PALING JAUH dari diri kita di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab: "Negeri Cina, bulan, matahari dan bintang-gemintang".
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU".
Walau dengan cara apapun kita tidak pernah akan dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kamu harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang menjadi lebih baik dari hari sebelumnya dan isi dengan beribadah kepada Allah SWT dan berbuatlah baik kepada sesama manusia agar kamu selamat.
3. "Apa yang PALING BESAR di dunia ini ?"
Murid-muridnya menjawab: "Gunung, bumi, matahari".
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar. Tapi yang paling benar adalah "NAFSU"
Firman Allah SWT dalam Surah Al A'raf ayat 179, "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi".
Kemarahan, perzinahan, pencurian, perkelahian, peperangan dan pembunuhan, semua dimulai dari "nafsu" yang tidak terkendali. Oleh karena itu berhati-hatilah dengan nafsumu, jangan sampai nafsu membawa kamu ke neraka.
4. "Apa yang PALING BERAT di dunia ini ?"
Murid-muridnya menjawab: "Besi, gajah".
Semua jawaban itu benar. Tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH".
Firman Allah SWT dalam surah Al Ahzab: 72. "Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah tersebut sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena tidak dapat memegang amanahnya."
Memegang amanah itu berat, dan siapa yang berkhianat dan tidak memegang amanah, ialah orang munafik.
5. "Apa yang PALING RINGAN di dunia ?"
Ada yang menjawab: "Kapas, angin, debu dan dedaunan".
Semua itu benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "MENINGGALKAN SHALAT".
Gara-gara cinta kepada lawan jenis, cinta kepada dunia (kekayaan), keluarga, pekerjaan kamu dengan ringan meninggalkan shalat, gara-gara bermusyawarah kamu dengan ringan meninggalkan shalat.
6. "Apakah yang PALING TAJAM di dunia ?"
Murid-muridnya menjawab serentak: "Pedang!".
Imam Ghazali membenarkan, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA".
Karena melalui lidahnya, manusia bisa melukai dan menyakiti hati saudara dan tetangganya sendiri. Luka akibat pedang masih bisa diobati, tapi luka kerena lidah kemana obat akan dicari.
Read More ..
Senin, 26 April 2010
Tawakkal Menyongsong Rezeki
Oleh : Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Umar bin Khaththab ra berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki, sebagaimana seekor burung diberikan rezeki; yang pergi pada pagi hari dalam keadaan perut lapar, dan pulang pada sore hari dalam keadaan perut kenyang"(HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Tawakkal yang Benar
Di dalam hadits ini diberitakan mengenai jaminan Allah SWT bagi orang yang bertawakkal kepada-Nya. Hanya saja, tawakkal yang dilakukan itu harus haqqa tawakkulihi (tawakkal yang sebenar-benarnya).
Menurut Imam al-Qurthubi dalam al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, kata al-tawakkul secara bahasa berarti izhhar al-'ajz wa al-i'timad 'ala al-ghayr (menampakkan kelemahan dan bersandar kepada yang lain). Itu berarti, bertawakkal kepada Allah SWT artinya bersandar kepada-Nya seraya menampakkan kelemahan.
Ibnu Rajab al-Hambali dalam Jami' al-'Ulum wa al-Hikam menyatakan, "Hakikat tawakkal adalah membenarkan penyandaran hati kepada Allah dalam usaha untuk memperoleh manfaat atau menolak bahaya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat; menyerahkan semua urusan kepada Allah; dan mengokohkan keimanan bahwa tidak ada yang memberi atau menghalangi rezeki, mendatangkan bahaya atau manfaat selain Allah semata."
Ibnu Hajar al-Asqalani menuturkan bahwa yang dimaksud dengan tawakkal adalah meyakini apa yang ditunjukkan oleh firman Allah SWT: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya."(QS Hud [11]: 6). Ini berarti, tawakkal berkaitan dengan keimanan.
Perintah untuk bertawakkal kepada Allah SWT amat banyak dijumpai dalam Alquran, seperti QS al-Nisa' [4]: 81). Perintah serupa juga terdapat pada QS al-Maidah [5]: 11, al-Anfal [8]: 61, Hud [11]:123, al-Fuqan [25]:58, al-Ahzab [33]: 33 dan lain-lain. Sebaliknya, kaum Mukmin dilarang untuk bertawakkal kepada selain-Nya (lihat QS al-Isra' [17]: 2).
Bertolak dari ayat-ayat ini dapat disimpulkan bahwa tawakkal merupakan sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. Bahkan ditegaskan Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' al-Fatawa bahwa tawakkal kepada Allah merupakan wajib min a'zham al-wajibat (termasuk kewajiban yang paling agung) sebagaimana ikhlas kepada Allah SWT dan cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Karena perintah bertawakkal itu dibangun atas dalil-dalil yang qath'i, maka mengingkarinya dapat menyebabkan kekufuran.
Gambaran Rasulullah SAW ini menjelaskan bahwa tawakkal yang benar bukan berarti hanya pasrah seraya meninggalkan usaha. Usaha yang bersifat sababiyyah tetap harus dikerjakan. Jika burung saja dituntut untuk keluar mencari makanan, terlebih manusia yang dikaruniai akal dan berkedudukan sebagai mukallaf. Dalam soal rezeki, syara' telah memerintahkan manusia bekerja, mencari rezeki, dan berusaha (lihat QS al-Mulk [57]: 15). Hal ini bukan hanya berlaku dalam soal rezeki, namun untuk semua urusan.
Tidak ada yang meragukan keyakinan Rasulullah SAW akan pertolongan Allah SWT terhadap agama dan rasul-Nya. Akan tetapi dalam berdakwah, berperang, dan berjuang, beliau amat memperhatikan aspek sababiyah. Untuk melumpuhkan musuh pada Perang Badar, beliau memerintahkan menutup sumur-sumur di sekitar Badar. Agar pasukan ahzab yang berjumlah sepuluh ribu orang tidak bisa masuk ke kota Madinah, beliau memerintahkan kaum Muslimin menggali parit. Beliau juga pernah meminjam baju besi Shofwan untuk berperang. Itu semua menunjukkan bahwa beliau telah melakukan amal sesuai kaidah sababiyyah.
Namun harus tetap dicamkan bahwa adanya usaha yang dilakukan sama sekali tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa yang mencukupi seluruh kebutuhannya adalah Allah SWT. Dia pula yang berkuasa terjadinya manfaat atau mudharat bagi manusia. Bukan usaha yang dilakukan manusia.
Keutamaan Tawakkal
Di dalam hadits ini ditegaskan bahwa siapa saja yang menjalankan tawakkal dengan benar, dia akan dicukupkan rezekinya seperti halnya burung. Selain hadits ini, jaminan Allah SWT kepada orang yang ber-tawakkal juga disebutkan dalam firman-Nya: "Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (TQS al-Thalaq [65]: 3).
Anda ingin termasuk di dalamnya? Bertawakkallah dengan tawakkal yang benar! Wallahu a'lam bishshawab. Read More ..
Umar bin Khaththab ra berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki, sebagaimana seekor burung diberikan rezeki; yang pergi pada pagi hari dalam keadaan perut lapar, dan pulang pada sore hari dalam keadaan perut kenyang"(HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Tawakkal yang Benar
Di dalam hadits ini diberitakan mengenai jaminan Allah SWT bagi orang yang bertawakkal kepada-Nya. Hanya saja, tawakkal yang dilakukan itu harus haqqa tawakkulihi (tawakkal yang sebenar-benarnya).
Menurut Imam al-Qurthubi dalam al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, kata al-tawakkul secara bahasa berarti izhhar al-'ajz wa al-i'timad 'ala al-ghayr (menampakkan kelemahan dan bersandar kepada yang lain). Itu berarti, bertawakkal kepada Allah SWT artinya bersandar kepada-Nya seraya menampakkan kelemahan.
Ibnu Rajab al-Hambali dalam Jami' al-'Ulum wa al-Hikam menyatakan, "Hakikat tawakkal adalah membenarkan penyandaran hati kepada Allah dalam usaha untuk memperoleh manfaat atau menolak bahaya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat; menyerahkan semua urusan kepada Allah; dan mengokohkan keimanan bahwa tidak ada yang memberi atau menghalangi rezeki, mendatangkan bahaya atau manfaat selain Allah semata."
Ibnu Hajar al-Asqalani menuturkan bahwa yang dimaksud dengan tawakkal adalah meyakini apa yang ditunjukkan oleh firman Allah SWT: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya."(QS Hud [11]: 6). Ini berarti, tawakkal berkaitan dengan keimanan.
Perintah untuk bertawakkal kepada Allah SWT amat banyak dijumpai dalam Alquran, seperti QS al-Nisa' [4]: 81). Perintah serupa juga terdapat pada QS al-Maidah [5]: 11, al-Anfal [8]: 61, Hud [11]:123, al-Fuqan [25]:58, al-Ahzab [33]: 33 dan lain-lain. Sebaliknya, kaum Mukmin dilarang untuk bertawakkal kepada selain-Nya (lihat QS al-Isra' [17]: 2).
Bertolak dari ayat-ayat ini dapat disimpulkan bahwa tawakkal merupakan sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. Bahkan ditegaskan Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' al-Fatawa bahwa tawakkal kepada Allah merupakan wajib min a'zham al-wajibat (termasuk kewajiban yang paling agung) sebagaimana ikhlas kepada Allah SWT dan cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Karena perintah bertawakkal itu dibangun atas dalil-dalil yang qath'i, maka mengingkarinya dapat menyebabkan kekufuran.
Gambaran Rasulullah SAW ini menjelaskan bahwa tawakkal yang benar bukan berarti hanya pasrah seraya meninggalkan usaha. Usaha yang bersifat sababiyyah tetap harus dikerjakan. Jika burung saja dituntut untuk keluar mencari makanan, terlebih manusia yang dikaruniai akal dan berkedudukan sebagai mukallaf. Dalam soal rezeki, syara' telah memerintahkan manusia bekerja, mencari rezeki, dan berusaha (lihat QS al-Mulk [57]: 15). Hal ini bukan hanya berlaku dalam soal rezeki, namun untuk semua urusan.
Tidak ada yang meragukan keyakinan Rasulullah SAW akan pertolongan Allah SWT terhadap agama dan rasul-Nya. Akan tetapi dalam berdakwah, berperang, dan berjuang, beliau amat memperhatikan aspek sababiyah. Untuk melumpuhkan musuh pada Perang Badar, beliau memerintahkan menutup sumur-sumur di sekitar Badar. Agar pasukan ahzab yang berjumlah sepuluh ribu orang tidak bisa masuk ke kota Madinah, beliau memerintahkan kaum Muslimin menggali parit. Beliau juga pernah meminjam baju besi Shofwan untuk berperang. Itu semua menunjukkan bahwa beliau telah melakukan amal sesuai kaidah sababiyyah.
Namun harus tetap dicamkan bahwa adanya usaha yang dilakukan sama sekali tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa yang mencukupi seluruh kebutuhannya adalah Allah SWT. Dia pula yang berkuasa terjadinya manfaat atau mudharat bagi manusia. Bukan usaha yang dilakukan manusia.
Keutamaan Tawakkal
Di dalam hadits ini ditegaskan bahwa siapa saja yang menjalankan tawakkal dengan benar, dia akan dicukupkan rezekinya seperti halnya burung. Selain hadits ini, jaminan Allah SWT kepada orang yang ber-tawakkal juga disebutkan dalam firman-Nya: "Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (TQS al-Thalaq [65]: 3).
Anda ingin termasuk di dalamnya? Bertawakkallah dengan tawakkal yang benar! Wallahu a'lam bishshawab. Read More ..
Sabtu, 24 April 2010
Ketika Neraka Jahannam Murka
Tafsir QS. 25:11-12
تفسير جامع البيان في تفسير القرآن/ الطبري (ت 310 هـ) مصنف و مدقق
(11) Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (12) Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (13) Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.
Allah Ta'ala berfirman untuk memperingatkannya: "Wahai Muhammad, Apakah orang-orang musyrik itu mendustakan Allah dan menolak kebenaran yang engkau sampaikan karena engkau sama-sama makan dan berjalan di pasar. Sungguh mereka berbuat demikian karena mereka tidak yakin akan adanya hari berbangkit serta tidak mengakui akan adanya pahala dan siksa. Mendustakan hari Kiamat dan kehidupan setelah kematian lalu dikumpulkan pada hari Kiamat.
{Maka Kami sediakan} Kami siapkan neraka bagi mereka yang mendustakan hari dimana Allah membangkitkan mereka setelah kehidupan dunia fana ini dengan datangnya hari Kiamat. Mereka akan merasakannya dan pasti mengalaminya.
{Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh} maka ketika neraka itu melihat orang-orang yg mendustakan keberadaannya dari kejauhan seketika geram dan murkalah dia hingga suara gelegarnya meninggi dan apinya membesar menyala-nyala dahsyat.
Taghoyyazha : kalau diucapkan "Fulan Taghayyazha 'ala Fulan" artinya; si fulan sangat marah sekali kepadanya hingga jantungnya berdegup keras dan suara ucapannya meninggi.
Zafiron : adalah geraman dan hentakan suaranya.
Jika ada yg berkomentar : bagaimana bisa "at-tagyidl" (marah) bersuara? Jawabnya, yg dimaksud adalah suara gemuruh dari jilatan api yg sangat besar dan menyala-nyala.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yg berbicara atas namaku padahal aku tidak mengucapkannya, maka disiapkan tempat duduknya di depan kedua mata jahannam." Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulallah, apakah (jahannam itu) memiliki mata?" Beliau menjawab: "Bukankah kalian mendengar firman Allah, "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh," (QS. Al-Furqan:12).
Al-Hasan menceritakan dari Abdurrazaq dari Ma'mar tentang firman Allah "mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya." Ia berkata : Al-Manshur Bin Mu'tamir menceritakan dari Mujahid dari 'Ubaid Bin 'Umair dia berkata : "Sesungguuhnya Jahannam itu geram menyala-nyala tiada satupun malaikat bahkan para nabi kecuali menunduk ketakutan hingga Nabi Ibrahim-pun bersimpuh memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sorotan matanya dan gelegar suara api jahannam seraya berdo'a : "Ya Rabb, tiada lagi yang kumohon kepada-Mu selain selamatkan aku di hari itu."
Ahmad Bin Ibrahim Ats-Tsauraqy berkata dari Ubaidillah Bin Musa dari Israil dari Abi Yahya dari Mujahid dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Sungguh kelak ada seseorang yang diseret ke dalam neraka, tetapi ia saling tarik menarik (dengan malak azab). Maka Ar-Rahman (Allah) berkata : "Apa yang terjadi ?" Malak azab berkata : "Sungguh ia susah untuk diseret olehku." Maka Allah berfirman : "Lepaskanlah hamba-Ku !" Lalu ada lagi seorang yang diseret ke dalam neraka ia berkata : "Ya Rabb, aku tidak menyangka-Mu seperti ini." Allah berfirman: "Apa yang kau sangkakan?" ia menjawab : "Rahmat-Mu akan menolongku." Maka Allah berfirman: "Lepaskanlah hamba-Ku !" Ada lagi seorang yang diseret ke neraka. Api neraka itu menggelegar bagai jeritan keledai yang kelaparan dan menghentak-hentak (memburunya) hingga semuanya sangat ketakutan."
Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang kalian selesai dari tasyahud akhir, maka minta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdo’a penuh kesungguhan:
اللهمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
ALLOHUMMA INNI A'UDZUBIKA MIN ADZABI JA-HANNAMA WA MIN 'ADZABIL QOBRI WA MIN FIT-NATIL MAHYAA WAL MAMATI WA MIN SYARRI FITNATIL MASIHID DAJJAL
"Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada Mu dari siksa neraka. jahanam dan dari siksa kubur dan fitnah hidup dan mati dan dari jahatnya fitnah dajaal. " (H.R. Bukhari I :211) Read More ..
تفسير جامع البيان في تفسير القرآن/ الطبري (ت 310 هـ) مصنف و مدقق
(11) Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (12) Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. (13) Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.
Allah Ta'ala berfirman untuk memperingatkannya: "Wahai Muhammad, Apakah orang-orang musyrik itu mendustakan Allah dan menolak kebenaran yang engkau sampaikan karena engkau sama-sama makan dan berjalan di pasar. Sungguh mereka berbuat demikian karena mereka tidak yakin akan adanya hari berbangkit serta tidak mengakui akan adanya pahala dan siksa. Mendustakan hari Kiamat dan kehidupan setelah kematian lalu dikumpulkan pada hari Kiamat.
{Maka Kami sediakan} Kami siapkan neraka bagi mereka yang mendustakan hari dimana Allah membangkitkan mereka setelah kehidupan dunia fana ini dengan datangnya hari Kiamat. Mereka akan merasakannya dan pasti mengalaminya.
{Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh} maka ketika neraka itu melihat orang-orang yg mendustakan keberadaannya dari kejauhan seketika geram dan murkalah dia hingga suara gelegarnya meninggi dan apinya membesar menyala-nyala dahsyat.
Taghoyyazha : kalau diucapkan "Fulan Taghayyazha 'ala Fulan" artinya; si fulan sangat marah sekali kepadanya hingga jantungnya berdegup keras dan suara ucapannya meninggi.
Zafiron : adalah geraman dan hentakan suaranya.
Jika ada yg berkomentar : bagaimana bisa "at-tagyidl" (marah) bersuara? Jawabnya, yg dimaksud adalah suara gemuruh dari jilatan api yg sangat besar dan menyala-nyala.
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yg berbicara atas namaku padahal aku tidak mengucapkannya, maka disiapkan tempat duduknya di depan kedua mata jahannam." Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulallah, apakah (jahannam itu) memiliki mata?" Beliau menjawab: "Bukankah kalian mendengar firman Allah, "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh," (QS. Al-Furqan:12).
Al-Hasan menceritakan dari Abdurrazaq dari Ma'mar tentang firman Allah "mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya." Ia berkata : Al-Manshur Bin Mu'tamir menceritakan dari Mujahid dari 'Ubaid Bin 'Umair dia berkata : "Sesungguuhnya Jahannam itu geram menyala-nyala tiada satupun malaikat bahkan para nabi kecuali menunduk ketakutan hingga Nabi Ibrahim-pun bersimpuh memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sorotan matanya dan gelegar suara api jahannam seraya berdo'a : "Ya Rabb, tiada lagi yang kumohon kepada-Mu selain selamatkan aku di hari itu."
Ahmad Bin Ibrahim Ats-Tsauraqy berkata dari Ubaidillah Bin Musa dari Israil dari Abi Yahya dari Mujahid dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Sungguh kelak ada seseorang yang diseret ke dalam neraka, tetapi ia saling tarik menarik (dengan malak azab). Maka Ar-Rahman (Allah) berkata : "Apa yang terjadi ?" Malak azab berkata : "Sungguh ia susah untuk diseret olehku." Maka Allah berfirman : "Lepaskanlah hamba-Ku !" Lalu ada lagi seorang yang diseret ke dalam neraka ia berkata : "Ya Rabb, aku tidak menyangka-Mu seperti ini." Allah berfirman: "Apa yang kau sangkakan?" ia menjawab : "Rahmat-Mu akan menolongku." Maka Allah berfirman: "Lepaskanlah hamba-Ku !" Ada lagi seorang yang diseret ke neraka. Api neraka itu menggelegar bagai jeritan keledai yang kelaparan dan menghentak-hentak (memburunya) hingga semuanya sangat ketakutan."
Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda: "Apabila salah seorang kalian selesai dari tasyahud akhir, maka minta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdo’a penuh kesungguhan:
اللهمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
ALLOHUMMA INNI A'UDZUBIKA MIN ADZABI JA-HANNAMA WA MIN 'ADZABIL QOBRI WA MIN FIT-NATIL MAHYAA WAL MAMATI WA MIN SYARRI FITNATIL MASIHID DAJJAL
"Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada Mu dari siksa neraka. jahanam dan dari siksa kubur dan fitnah hidup dan mati dan dari jahatnya fitnah dajaal. " (H.R. Bukhari I :211) Read More ..
Minggu, 11 April 2010
Renungan Surat Al-Fatihah
Surat ini diturunkan di Mekkah dan berisi 7 ayat
1. Membaca Basmalah Setiap Memulai Suatu Kebaikan Adalah Mendatangkan Berkah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “
1. Ar-Rahman: Salah satu nama dari beberapa nama Allah Yang Maha Mulia yang diambil dari akar kata ar-Rahmah, yang menunjukan begitu besarnya kasih sayang Allah kepada semua makhluk tidak terkecuali. Sifat ar-Rahman ini dijelaskan dalam ayat lainnya:
“Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raaf: 156).
2. Ar-Rahiim: Salah satu sifat Allah Swt yang juga diambil dari akar kata Rahmah. Yang menunjukan besarnya kasih sayang Allah Swt kepada semua makhluk-Nya di dunia dan akhirat. Pakar tafsir ada yang menafsirkan bahwa kasih sayang ini hanya ditujukan kepada orang mukmin saja dengan alasan ayat:
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.” (QS. Al-Ahzaab: 43)
Makna Basmalah (Membaca Bismilahirahmanirahim)
Aku memulai dengan nama Allah, memohon berkah, pertolongan dan petunjuk untuk menunaikan semua urusan dan agar supaya Allah mengabulkan.
Seakan-akan ayat ini mengajurkan agar semua bentuk aktifitas harian seharusnya dimulai dengan nama Allah (dengan membaca Basmalah). Agar apa yang dikerjakan mendapat keberkahan, manfaat ataupun hasil yang maksimal.
Contohnya (selain dari doa yang telah diajarkan Nabi Saw), membaca Basnalah ketika hendak makan, minum, memakai baju, masuk masjid, naik kendaraan, atau dalam setiap aktifitas. Berlandaskan sebuah hadist:
“ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan membaca Basmalah, maka perbuatan itu tidak mendatangkan berkah (manfaat/pahala).”
Meskipun hadist ini dhaif (lemah) namun maksud hadist ini sesuai dengan hadist-hadist sahih (syahid).
Hukum Membaca Basmalah
Disunahkan bagi pembaca Al-Qur’an agar memulai dengan Basmalah ketika membaca permualaan surat dari Al-Qur’an. Namun tidak disunahkan ketika membaca surat at-Taubah.
2. Memuji dan Bersyukur Kepada Allah
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
”Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Allah memuji diriNya dan memerintahkan kepada hamba-hambaNya agar memujiNya karena hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
Arti Ayat:
1. Allah Swt memberi pernyataan bahwa semua bentuk pujian yang menunjukan arti kesempurnaan dan kebesaran adalah hanya milik Allah semata.
2. Allah memerintahkan para hamba-Nya agar selalu memuji dan bersyukur kepada Allah Swt.
3. Sebagian Sifat-Sifat Allah
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Ar-Rahmaan adalah yang rahmatNya (pemberianNya) meliputi semua makhluk.
2. Ar-Rahiim adalah Maha Penyayang kepada orang-orang beriman saja.
3. Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah termasuk dari Al-Asmaul Husna (nama-nama indah yang dimiliki Allah)
Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya orang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa siksaan, pasti tidak ada seorangpun yang tamak menginginkan surgaNya. Dan seandainya orang kafir mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa rahmat, pasti tidak ada seorangpun yang berputus asa dari RahmatNya. (HR. Muslim).
4. Iman Kepada Hari Akhir dan Persiapan Menghadapinya
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan.
Allah adalah satu-satunya Penguasa dan Raja pada hari kiamat yaitu hari pembalasan atas semua amal perbuatan.
Umar ibn Khaththab ra pernah mengatakan, “ Hisablah (perhitungkanlah) dirimu sebelum dihisab ! Dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang ! Dan bersiap-siaplah menghadapi hari ardl (penampakan amal) yang agung. Pada hari itu ditampakkan semua amalan sehingga tidak ada yang tersembunyi lagi.”
Kesimpulan Dari Ayat 1, 2 dan 3
1. Allah Swt sengat senang jika karena itu Allah menyatakan bahwa pujian itu hanya milik Allah semata.
2. Allah Swt memerintahkan seluruh makhluk-Nya agar memuji Dia
3. Pujian itu seharusnya ditujukan kepada yang berhak menerimanya dan jika tidak maka pujian itu hanya basa-basi belaka dan bisa jadi menjadi batil. Karena ditujukan kepada yang tidak berhak dipuji.
4. Setelah Allah menyatakan bahwa segala bentuk pujian itu hanya milik-Nya, Allah kemudian menyambung dengan pernyataan bahwa keharusan untuk selalu memuji-Nya, hal itu disebabkan karena Allah yang menguasai seluruh Jagad raya, sekaligus sebagai yang memberi kasih sayang kepada semua makluk, dan yang terakhir Dia pula yang menguasai hari kiamat nanti.
5. Murnikan Tauhid dan Meminta Hanya Kepada Allah
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. “
Hanya kepadaMu semata kami taat dan beribadah dan hanya kepadaMu semata pula kami memohon pertolongan dalam semua urusan kami. Semua urusan adalah di tanganMu dan tiada satupun yang memilikinya walau sekecil apapun selain Engkau.
6. Doa Memohon Hidayah Setelah Memanjatkan Pujian-Pujian Kepada Allah
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Tunjukan, bimbing dan berilah kami hidayah ke jalan yang lurus serta tetapkanlah kami di atasnya sampai berjumpa denganMu yaitu Islam, jalan lurus yang bisa menyampaikan kami pada ridha Allah dan surga-Nya.
7. Jalan Kebaikan dan Keburukan
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
”(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka diantara para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin karena mereka adalah orang-orang yang mendapatkan hidayah dan istiqamah. Dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mengamalkannya, mereka adalah Yahudi dan siapa saja yang seperti mereka. Dan jangan pula Engkau jadikan kami seperti orang-orang yang tersesat yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan ilmu dan hidayah sehingga mereka salah jalan, mereka adalah Nasrani dan siapa saja yang mengikuti jalan mereka.
Membaca Aamiin Setelah Al-Fatihah
Setelah membaca Al-Fatihah di sunnahkan mengucapkan Aamiin, yang artinya: “Ya Allah kabulkanlah.”
Diantara Kandungan Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah mencakup berbagai macam kandungan yang tidak terdapat pada surat lain dalam Al-Quran, diantaranya:
1. Surat ini mencakup pujian-pujian, sanjungan dan pengagungan terhadap Allah Taaala dengan penyebutan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Tinggi.
2. Mencakup ketiga macam tauhid, yaitu;
a). Rububiyyah, diambil dari kalimat Rabbil Aalamiin,
b). Uluhiyyah, diambil dari kalimat Allah dan Iyyaaka Nabudu,
c). Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat, diambil dari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terkandung di dalamnya.
3. Penetapan kenabian, yaitu dari kalimat Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, karena kita tidak mungkin dapat mengetahui jalan yang lurus tanpa adanya risalah kenabian.
4. Anjuran agar setiap hamba berdoa, meminta dan merendahkan diri di hadapan Allah Taaala.
5. Ajaran etika berdoa, yaitu dengan memuji Allah terlebih dahulu menyebut nama-nama dan sifat-sifatNya sebelum berdoa.
6. Bantahan terhadap semua kelompok sesat dan menyimpang, yaitu dari kalimat Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, karena jalan yang lurus adalah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.
7. Hendaklah kita selalu memohon hidayah kepada Allah karena hanya Dia-lah yang berkuasa untuk memberi hidayah dan menyesatkan.
8. Argumen adanya hisab (perhitungan) dan jazaa (pembalasan), yaitu dari kalimat Maaliki Yauwmid Diin, dan bahwasanya pembalasan Allah adalah sangat adil.
9. Ikhlas dalam beragama hanya karena Allah semata, juga dalam beribadah dan memohon pertolongan, tidak menyekutukanNya dengan suatu apapun, yaitu dari kalimat Iyyaaka Nabudu Wa Iyyaaka Nastaiin.
10. Penetapan adanya takdir, yaitu dari kalimat Shiroothol Ladziina Anamta Alaihim Ghoiril Maghdluubi Alaihim Walaadl Dhoolliin, karena ada orang yang ditakdirkan bahagia dan ada pula yang sengsara sesuai dengan ketentuan Allah.
11. Motivasi agar kita beramal shaleh sehingga kita dikumpulkan bersama orang-orang shaleh pada hari kiamat kelak.
12. Ancaman agar waspada dan menjauhi jalan-jalan kebatilan, sehingga kita tidak dikumpulkan bersama orang-orang ahli batil pada hari kiamat kelak.
Wallahu a'lam bishshawab.
Read More ..
1. Membaca Basmalah Setiap Memulai Suatu Kebaikan Adalah Mendatangkan Berkah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “
1. Ar-Rahman: Salah satu nama dari beberapa nama Allah Yang Maha Mulia yang diambil dari akar kata ar-Rahmah, yang menunjukan begitu besarnya kasih sayang Allah kepada semua makhluk tidak terkecuali. Sifat ar-Rahman ini dijelaskan dalam ayat lainnya:
“Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raaf: 156).
2. Ar-Rahiim: Salah satu sifat Allah Swt yang juga diambil dari akar kata Rahmah. Yang menunjukan besarnya kasih sayang Allah Swt kepada semua makhluk-Nya di dunia dan akhirat. Pakar tafsir ada yang menafsirkan bahwa kasih sayang ini hanya ditujukan kepada orang mukmin saja dengan alasan ayat:
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.” (QS. Al-Ahzaab: 43)
Makna Basmalah (Membaca Bismilahirahmanirahim)
Aku memulai dengan nama Allah, memohon berkah, pertolongan dan petunjuk untuk menunaikan semua urusan dan agar supaya Allah mengabulkan.
Seakan-akan ayat ini mengajurkan agar semua bentuk aktifitas harian seharusnya dimulai dengan nama Allah (dengan membaca Basmalah). Agar apa yang dikerjakan mendapat keberkahan, manfaat ataupun hasil yang maksimal.
Contohnya (selain dari doa yang telah diajarkan Nabi Saw), membaca Basnalah ketika hendak makan, minum, memakai baju, masuk masjid, naik kendaraan, atau dalam setiap aktifitas. Berlandaskan sebuah hadist:
“ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan membaca Basmalah, maka perbuatan itu tidak mendatangkan berkah (manfaat/pahala).”
Meskipun hadist ini dhaif (lemah) namun maksud hadist ini sesuai dengan hadist-hadist sahih (syahid).
Hukum Membaca Basmalah
Disunahkan bagi pembaca Al-Qur’an agar memulai dengan Basmalah ketika membaca permualaan surat dari Al-Qur’an. Namun tidak disunahkan ketika membaca surat at-Taubah.
2. Memuji dan Bersyukur Kepada Allah
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
”Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”
Allah memuji diriNya dan memerintahkan kepada hamba-hambaNya agar memujiNya karena hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
Arti Ayat:
1. Allah Swt memberi pernyataan bahwa semua bentuk pujian yang menunjukan arti kesempurnaan dan kebesaran adalah hanya milik Allah semata.
2. Allah memerintahkan para hamba-Nya agar selalu memuji dan bersyukur kepada Allah Swt.
3. Sebagian Sifat-Sifat Allah
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Ar-Rahmaan adalah yang rahmatNya (pemberianNya) meliputi semua makhluk.
2. Ar-Rahiim adalah Maha Penyayang kepada orang-orang beriman saja.
3. Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah termasuk dari Al-Asmaul Husna (nama-nama indah yang dimiliki Allah)
Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya orang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa siksaan, pasti tidak ada seorangpun yang tamak menginginkan surgaNya. Dan seandainya orang kafir mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa rahmat, pasti tidak ada seorangpun yang berputus asa dari RahmatNya. (HR. Muslim).
4. Iman Kepada Hari Akhir dan Persiapan Menghadapinya
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan.
Allah adalah satu-satunya Penguasa dan Raja pada hari kiamat yaitu hari pembalasan atas semua amal perbuatan.
Umar ibn Khaththab ra pernah mengatakan, “ Hisablah (perhitungkanlah) dirimu sebelum dihisab ! Dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang ! Dan bersiap-siaplah menghadapi hari ardl (penampakan amal) yang agung. Pada hari itu ditampakkan semua amalan sehingga tidak ada yang tersembunyi lagi.”
Kesimpulan Dari Ayat 1, 2 dan 3
1. Allah Swt sengat senang jika karena itu Allah menyatakan bahwa pujian itu hanya milik Allah semata.
2. Allah Swt memerintahkan seluruh makhluk-Nya agar memuji Dia
3. Pujian itu seharusnya ditujukan kepada yang berhak menerimanya dan jika tidak maka pujian itu hanya basa-basi belaka dan bisa jadi menjadi batil. Karena ditujukan kepada yang tidak berhak dipuji.
4. Setelah Allah menyatakan bahwa segala bentuk pujian itu hanya milik-Nya, Allah kemudian menyambung dengan pernyataan bahwa keharusan untuk selalu memuji-Nya, hal itu disebabkan karena Allah yang menguasai seluruh Jagad raya, sekaligus sebagai yang memberi kasih sayang kepada semua makluk, dan yang terakhir Dia pula yang menguasai hari kiamat nanti.
5. Murnikan Tauhid dan Meminta Hanya Kepada Allah
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. “
Hanya kepadaMu semata kami taat dan beribadah dan hanya kepadaMu semata pula kami memohon pertolongan dalam semua urusan kami. Semua urusan adalah di tanganMu dan tiada satupun yang memilikinya walau sekecil apapun selain Engkau.
6. Doa Memohon Hidayah Setelah Memanjatkan Pujian-Pujian Kepada Allah
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Tunjukan, bimbing dan berilah kami hidayah ke jalan yang lurus serta tetapkanlah kami di atasnya sampai berjumpa denganMu yaitu Islam, jalan lurus yang bisa menyampaikan kami pada ridha Allah dan surga-Nya.
7. Jalan Kebaikan dan Keburukan
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
”(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka diantara para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin karena mereka adalah orang-orang yang mendapatkan hidayah dan istiqamah. Dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mengamalkannya, mereka adalah Yahudi dan siapa saja yang seperti mereka. Dan jangan pula Engkau jadikan kami seperti orang-orang yang tersesat yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan ilmu dan hidayah sehingga mereka salah jalan, mereka adalah Nasrani dan siapa saja yang mengikuti jalan mereka.
Membaca Aamiin Setelah Al-Fatihah
Setelah membaca Al-Fatihah di sunnahkan mengucapkan Aamiin, yang artinya: “Ya Allah kabulkanlah.”
Diantara Kandungan Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah mencakup berbagai macam kandungan yang tidak terdapat pada surat lain dalam Al-Quran, diantaranya:
1. Surat ini mencakup pujian-pujian, sanjungan dan pengagungan terhadap Allah Taaala dengan penyebutan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Tinggi.
2. Mencakup ketiga macam tauhid, yaitu;
a). Rububiyyah, diambil dari kalimat Rabbil Aalamiin,
b). Uluhiyyah, diambil dari kalimat Allah dan Iyyaaka Nabudu,
c). Tauhid Al-Asma wa Ash-Shifat, diambil dari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terkandung di dalamnya.
3. Penetapan kenabian, yaitu dari kalimat Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, karena kita tidak mungkin dapat mengetahui jalan yang lurus tanpa adanya risalah kenabian.
4. Anjuran agar setiap hamba berdoa, meminta dan merendahkan diri di hadapan Allah Taaala.
5. Ajaran etika berdoa, yaitu dengan memuji Allah terlebih dahulu menyebut nama-nama dan sifat-sifatNya sebelum berdoa.
6. Bantahan terhadap semua kelompok sesat dan menyimpang, yaitu dari kalimat Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, karena jalan yang lurus adalah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.
7. Hendaklah kita selalu memohon hidayah kepada Allah karena hanya Dia-lah yang berkuasa untuk memberi hidayah dan menyesatkan.
8. Argumen adanya hisab (perhitungan) dan jazaa (pembalasan), yaitu dari kalimat Maaliki Yauwmid Diin, dan bahwasanya pembalasan Allah adalah sangat adil.
9. Ikhlas dalam beragama hanya karena Allah semata, juga dalam beribadah dan memohon pertolongan, tidak menyekutukanNya dengan suatu apapun, yaitu dari kalimat Iyyaaka Nabudu Wa Iyyaaka Nastaiin.
10. Penetapan adanya takdir, yaitu dari kalimat Shiroothol Ladziina Anamta Alaihim Ghoiril Maghdluubi Alaihim Walaadl Dhoolliin, karena ada orang yang ditakdirkan bahagia dan ada pula yang sengsara sesuai dengan ketentuan Allah.
11. Motivasi agar kita beramal shaleh sehingga kita dikumpulkan bersama orang-orang shaleh pada hari kiamat kelak.
12. Ancaman agar waspada dan menjauhi jalan-jalan kebatilan, sehingga kita tidak dikumpulkan bersama orang-orang ahli batil pada hari kiamat kelak.
Wallahu a'lam bishshawab.
Read More ..
Empat Pintu Masuk Maksiat pada Manusia
1. Al Lahazhat (Pandangan Pertama)
Pandangan merupakan titik awal suatu perasaan dari andangan kita dapat kagum dengan pandangan kita dapat mencintai seseorang itulah pandangan.
Rasulullah saw bersabda :
“Janganlah kamu ikuti pendangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Turmudzi, Hadits Hasan Ghorib).
Dan di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan dari Rasulullah , beliau bersabda :
“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ihlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).
2. Al Khothorot (Pikiran yang Melintas di Benak)
Adapun “Al Khothorot” (pikiran yang terlintas di benak) maka urusannya lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas, yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah manjadi tekad yang bulat.
Maka barang siapa yang mampu mengendalikan pikiran pikiran yang melintas di benaknya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan hawa nafsunya. Dan orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran pikirannya, maka hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barang siapa yang menganggap remeh pikiran pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan ia akan terseret pada kebinasaan.
Pikiran-pikiran itu akan terus melintas di benak dan di dalam hati seseorang, sehingga ahirnya dia akan manjadi angan-angan tanpa makna (palsu).
“Laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang orang yang dahaga, tetapi bila ia mendatanginya maka ia tidak mendapatkannya walau sedikitpun, dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisi-Nya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amalnya dengan cukup, dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya.” (QS. An Nur, 39).
“Orang yang paling jelek cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas dengan angan-angan kosongnya.”
3. Al Lafazhat (Ungkapan Kata-Kata)
Adapun tentang Al Lafazhat (ungkapan kata-kata), maka cara menjaganya adalah dengan mencegah keluarnya kata-kata atau ucapan dari lidahnya, yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai.
Kalau anda ingin mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang, maka lihatlah ucapan lidahnya, ucapan itu akan menjelaskan kepada anda apa yang ada dalam hati seseorang, dia suka ataupun tidak suka.
Yahya bin Mu’adz berkata : hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada di dalamnya, dan lidah itu bagaikan gayungnya, maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin, dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada anda bagaimana “rasa” hatinya, yaitu apa yang dia katakan dari lidahnya, artinya, sebagaimana anda bisa mengetahui rasa apa yang ada dalam panci itu dengan cara mencicipi dengan lidah, maka begitu pula anda bisa mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang dari lidahnya, anda dapat merasakan apa yang ada dalam hatinya dan lidahnya, sebagaimana anda juga mencicipi apa yang ada di dalam panci itu dengan lidah anda.
Nabi Muhammad saw pernah ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab “Mulut dan kemaluan”. (HR. Turmudzi, dan ia berkata : hadits ini hasan shoheh).
4. Al Khuthuwat (Langkah Nyata untuk Sebuah Perbuatan)
Adapun tentang Al Khuthuwat maka hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang hamba untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala dari Allah . Bila ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya.
Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah (yang boleh dikerjakan dan boleh juga ditinggalkan) yang dilakukannya dengan cara berniat untuk Allah . Dengan demikian maka seluruh langkahnya akan bernilai ibadah.
Tergelincirnya seorang hamba dari perbuatan salah itu ada dua macam : tergelincirnya kaki dan tergelincirnya lidah. Oleh karena itu kedua macam ini disebutkan sejajar oleh Allah dalam firman-Nya :
“Dan hamba-hamba Ar Rahman, yaitu mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqon, 63).
Wallahu a'lam bisshawab.
Daftar pustaka
- Al- Qur’an dan Hadis
- Jangan Dekati Zina oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Read More ..
Pandangan merupakan titik awal suatu perasaan dari andangan kita dapat kagum dengan pandangan kita dapat mencintai seseorang itulah pandangan.
Rasulullah saw bersabda :
“Janganlah kamu ikuti pendangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” (HR. At Turmudzi, Hadits Hasan Ghorib).
Dan di dalam musnad Imam Ahmad, diriwayatkan dari Rasulullah , beliau bersabda :
“Pandangan itu adalah panah beracun dari panah panah iblis. Maka barang siapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ihlas karena Allah semata, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).
2. Al Khothorot (Pikiran yang Melintas di Benak)
Adapun “Al Khothorot” (pikiran yang terlintas di benak) maka urusannya lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas, yang baik ataupun yang buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan (untuk melakukan sesuatu) yang akhirnya berubah manjadi tekad yang bulat.
Maka barang siapa yang mampu mengendalikan pikiran pikiran yang melintas di benaknya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan hawa nafsunya. Dan orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran pikirannya, maka hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya. Dan barang siapa yang menganggap remeh pikiran pikiran yang melintas di benaknya, maka tanpa dia inginkan ia akan terseret pada kebinasaan.
Pikiran-pikiran itu akan terus melintas di benak dan di dalam hati seseorang, sehingga ahirnya dia akan manjadi angan-angan tanpa makna (palsu).
“Laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang orang yang dahaga, tetapi bila ia mendatanginya maka ia tidak mendapatkannya walau sedikitpun, dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisi-Nya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amalnya dengan cukup, dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya.” (QS. An Nur, 39).
“Orang yang paling jelek cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas dengan angan-angan kosongnya.”
3. Al Lafazhat (Ungkapan Kata-Kata)
Adapun tentang Al Lafazhat (ungkapan kata-kata), maka cara menjaganya adalah dengan mencegah keluarnya kata-kata atau ucapan dari lidahnya, yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai.
Kalau anda ingin mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang, maka lihatlah ucapan lidahnya, ucapan itu akan menjelaskan kepada anda apa yang ada dalam hati seseorang, dia suka ataupun tidak suka.
Yahya bin Mu’adz berkata : hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada di dalamnya, dan lidah itu bagaikan gayungnya, maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin, dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada anda bagaimana “rasa” hatinya, yaitu apa yang dia katakan dari lidahnya, artinya, sebagaimana anda bisa mengetahui rasa apa yang ada dalam panci itu dengan cara mencicipi dengan lidah, maka begitu pula anda bisa mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang dari lidahnya, anda dapat merasakan apa yang ada dalam hatinya dan lidahnya, sebagaimana anda juga mencicipi apa yang ada di dalam panci itu dengan lidah anda.
Nabi Muhammad saw pernah ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab “Mulut dan kemaluan”. (HR. Turmudzi, dan ia berkata : hadits ini hasan shoheh).
4. Al Khuthuwat (Langkah Nyata untuk Sebuah Perbuatan)
Adapun tentang Al Khuthuwat maka hal ini bisa dicegah dengan komitmen seorang hamba untuk tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala dari Allah . Bila ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka mengurungkan langkah tersebut tentu lebih baik baginya.
Dan sebenarnya bisa saja seseorang memperoleh pahala dari setiap perbuatan mubah (yang boleh dikerjakan dan boleh juga ditinggalkan) yang dilakukannya dengan cara berniat untuk Allah . Dengan demikian maka seluruh langkahnya akan bernilai ibadah.
Tergelincirnya seorang hamba dari perbuatan salah itu ada dua macam : tergelincirnya kaki dan tergelincirnya lidah. Oleh karena itu kedua macam ini disebutkan sejajar oleh Allah dalam firman-Nya :
“Dan hamba-hamba Ar Rahman, yaitu mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqon, 63).
Wallahu a'lam bisshawab.
Daftar pustaka
- Al- Qur’an dan Hadis
- Jangan Dekati Zina oleh Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Read More ..
Kamis, 08 April 2010
Strategi Setan Dalam Menjerumuskan Manusia
Sebelum kita mengetahui strategi setan menjerumuskan manusia, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui Visi dan Misi setan.
Visi setan adalah memperbudak manusia dan Misi setan mengkondisikan manusia lupa kepada Alah SWT.
Adapun strategi setan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah sebagai berikut :
1. Waswasah
Waswasah artinya membisikkan keraguan pada manusia ketika melakukan kebaikan atau amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbersit dalam pikiran kita, “Nanti lima menit lagi”. Ini adalah waswasah. Kenyataannya bukan lima menit tapi satu jam, akhirnya Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.
2. Tazyin
Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat biasanya terlihat indah, Misalnya, mengapa orang yang berpacaran lebih mesra daripada suami-istri? Jalan-jalan saat pacaran lebih mengesankan daripada setelah menikah. Ini karena ada unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap oleh setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut strategi tazyin.
3.Tamanni
Tamanni artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Pernahkan terbersit niat akan Shalat Tahjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun pada jam tiga saat wekwr berbunyi, kita cepat-cepat mematikannya lalu meneruskan tidur.
Pernahkan kita ingin bertobat? Namun pada sat maksiat ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini berlangsung berkali-kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.
4. A’dawah
A’dawah artinya berusaha menanamkan permusuhan. Setan berikhtiar menumbuhkan permusuhan di anatara manusia. Biasanya permusuhan berawal dari prasangka buruk. Supaya manusia bermusuhan, setan biasanya menumbuhkan prasangka buruk.Karena itu waspadai kalau kita berprasangka buruk pada orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi setan.
5. Takwif
Takwif artinya menakut-nakuti. Pernahkah merasa takut miskin karena menginfakkan sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke majelis taklim? Kalau kita pernah merasakannya, inilah strategi takhwif.
6. Shaddun
Shaddun artinya berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat mau melakukan sholat, atau mengantuk saat membacaAl Qur’an meskipun sudah cukup tidur? Ini adalah gejala shaddun dari setan.
7. Wa’dun
Wa’dun artinya janji palsu. Setan berusaha membujuk manusia agar mau mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan. Akhirnya manusia mempercayainya. Misalnya, banyak kasus seorang wanita menyerahkan dirinya pada sang pacar karena dijanjikan akan dinikahi, namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begutu saja. Dia tidak mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu dari setan.
8. Kaidun
Kaidun artinya tipu daya. Setan berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah perangkap agar manusia terjebak. Pernahkah saat diberi tugas, kita berpikir nanti saja mengerjakannya krn waktu masih lama? Ternyata setelah dekat waktunya kita mengerjakan asal-asalan dan tergesa-gesa sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemunginan pada waktu yang ditentukan pekerjaan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.
9. Nisyan
Nisyan artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa memang sesuatu hal yang manusiawi, tetapi setan berusaha agar manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi tanggung jawab. Pernahkan kita lupa menunaikan janji? lupa sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut manusiawi, tetapi kalau sering dilakukan berarti terjebak strategi nisyan.
Demikian ringkasan tentang strategi setan. Semoga kita dapat mencermati dan berusaha agar tidak terjebak strategi setan laknatullah (setan yang dilaknat Allah)
______________________________________
Sumber :
Judul Buku : Strategi setan menjerumuskan manusia
(Menelanjangi strategi jin)
Pengarang : Ustadz Aam Amiruddin Read More ..
Visi setan adalah memperbudak manusia dan Misi setan mengkondisikan manusia lupa kepada Alah SWT.
Adapun strategi setan untuk mewujudkan visi dan misinya adalah sebagai berikut :
1. Waswasah
Waswasah artinya membisikkan keraguan pada manusia ketika melakukan kebaikan atau amal sholeh. Saat kumandang azan subuh dan tubuh kita masih dililit selimut, terbersit dalam pikiran kita, “Nanti lima menit lagi”. Ini adalah waswasah. Kenyataannya bukan lima menit tapi satu jam, akhirnya Sholat Shubuh terlambat bahkan tidak sholat.
2. Tazyin
Tazyin artinya membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat biasanya terlihat indah, Misalnya, mengapa orang yang berpacaran lebih mesra daripada suami-istri? Jalan-jalan saat pacaran lebih mengesankan daripada setelah menikah. Ini karena ada unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sementara nikah itu ibadah. Maksiat disulap oleh setan sehingga terasa lebih indah, nikmat dan mengesankan. Inilah yang disebut strategi tazyin.
3.Tamanni
Tamanni artinya memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Pernahkan terbersit niat akan Shalat Tahjud saat merebahkan badan di tempat tidur? Namun pada jam tiga saat wekwr berbunyi, kita cepat-cepat mematikannya lalu meneruskan tidur.
Pernahkan kita ingin bertobat? Namun pada sat maksiat ada di depan mata, kita tetap saja melakukannya. Ironisnya ini berlangsung berkali-kali. Inilah yang disebut strategi tamanni.
4. A’dawah
A’dawah artinya berusaha menanamkan permusuhan. Setan berikhtiar menumbuhkan permusuhan di anatara manusia. Biasanya permusuhan berawal dari prasangka buruk. Supaya manusia bermusuhan, setan biasanya menumbuhkan prasangka buruk.Karena itu waspadai kalau kita berprasangka buruk pada orang lain, sesungguhnya kita telah terperangkap strategi setan.
5. Takwif
Takwif artinya menakut-nakuti. Pernahkah merasa takut miskin karena menginfakkan sebagian harta, takut disebut sok alim karena datang ke majelis taklim? Kalau kita pernah merasakannya, inilah strategi takhwif.
6. Shaddun
Shaddun artinya berusaha menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah dengan menggunakan berbagai hambatan. Pernahkah anda merasa malas saat mau melakukan sholat, atau mengantuk saat membacaAl Qur’an meskipun sudah cukup tidur? Ini adalah gejala shaddun dari setan.
7. Wa’dun
Wa’dun artinya janji palsu. Setan berusaha membujuk manusia agar mau mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan. Akhirnya manusia mempercayainya. Misalnya, banyak kasus seorang wanita menyerahkan dirinya pada sang pacar karena dijanjikan akan dinikahi, namun setelah hamil sang pacar meninggalkannya begutu saja. Dia tidak mau bertanggung jawab. Inilah contoh wa’dun atau janji palsu dari setan.
8. Kaidun
Kaidun artinya tipu daya. Setan berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah perangkap agar manusia terjebak. Pernahkah saat diberi tugas, kita berpikir nanti saja mengerjakannya krn waktu masih lama? Ternyata setelah dekat waktunya kita mengerjakan asal-asalan dan tergesa-gesa sehingga hasilnya tidak optimal atau ada kemunginan pada waktu yang ditentukan pekerjaan tidak selesai. Strategi ini disebut kaidun.
9. Nisyan
Nisyan artinya lupa. Sesungguhnya lupa itu adalah hal yang manusiawi. Lupa memang sesuatu hal yang manusiawi, tetapi setan berusaha agar manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi tanggung jawab. Pernahkan kita lupa menunaikan janji? lupa sholat? Kalau sesekali itu bisa disebut manusiawi, tetapi kalau sering dilakukan berarti terjebak strategi nisyan.
Demikian ringkasan tentang strategi setan. Semoga kita dapat mencermati dan berusaha agar tidak terjebak strategi setan laknatullah (setan yang dilaknat Allah)
______________________________________
Sumber :
Judul Buku : Strategi setan menjerumuskan manusia
(Menelanjangi strategi jin)
Pengarang : Ustadz Aam Amiruddin Read More ..
Detik-Detik Terakhir Rasulullah SAW
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli
'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli
'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita. Read More ..
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli
'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar adanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli
'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita. Read More ..
Rabu, 07 April 2010
Makna Membaca Basmalah
I. Membaca Basmalah Setiap Memulai Suatu Kebaikan Adalah Mendatangkan Berkah
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “
1. Ar-Rahman: Salah satu nama dari beberapa nama Allah Yang Maha Mulia yang diambil dari akar kata ar-Rahmah, yang menunjukan begitu besarnya kasih sayang Allah kepada semua makhluk tidak terkecuali. Sifat ar-Rahman ini dijelaskan dalam ayat lainya:
“Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raaf: 156).
2. Ar-Rahiim: Salah satu sifat Allah Swt yang juga diambil dari akar kata Rahmah. Yang menunjukan besarnya kasih sayang Allah Swt kepada semua makhluk-Nya di dunia dan akhirat. Pakar tafsir ada yang menafsirkan bahwa kasih sayang ini hanya ditujukan kepada orang mukmin saja dengan alasan ayat:
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.” (QS. Al-Ahzaab: 43)
Makna Basmalah (Membaca Bismilahirahmanirahim)
Aku memulai dengan nama Allah, memohon berkah, pertolongan dan petunjuk untuk menunaikan semua urusan dan agar supaya Allah mengabulkan.
Seakan-akan ayat ini mengajurkan agar semua bentuk aktifitas harian seharusnya dimulai dengan nama Allah (dengan membaca Basmalah). Agar apa yang dikerjakan mendapat keberkahan, manfaat ataupun hasil yang maksimal.
Contohnya (selain dari doa yang telah diajarkan Nabi Saw), membaca Basnalah ketika hendak makan, minum, memakai baju, masuk masjid, naik kendaraan, atau dalam setiap aktifitas. Berlandaskan sebuah hadist:
“ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan membaca Basmalah, maka perbuatan itu tidak mendatangkan berkah (manfaat/pahala).”
Meskipun hadist ini dhaif (lemah) namun maksud hadist ini sesuai dengan hadist-hadist sahih (syahid).
Hukum Membaca Basmalah
Disunahkan bagi pembaca Al-Qur’an agar memulai dengan Basmalah ketika membaca permualaan surat dari Al-Qur’an. Namun tidak disunahkan ketika membaca surat at-Taubah. Read More ..
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
”Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “
1. Ar-Rahman: Salah satu nama dari beberapa nama Allah Yang Maha Mulia yang diambil dari akar kata ar-Rahmah, yang menunjukan begitu besarnya kasih sayang Allah kepada semua makhluk tidak terkecuali. Sifat ar-Rahman ini dijelaskan dalam ayat lainya:
“Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raaf: 156).
2. Ar-Rahiim: Salah satu sifat Allah Swt yang juga diambil dari akar kata Rahmah. Yang menunjukan besarnya kasih sayang Allah Swt kepada semua makhluk-Nya di dunia dan akhirat. Pakar tafsir ada yang menafsirkan bahwa kasih sayang ini hanya ditujukan kepada orang mukmin saja dengan alasan ayat:
“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.” (QS. Al-Ahzaab: 43)
Makna Basmalah (Membaca Bismilahirahmanirahim)
Aku memulai dengan nama Allah, memohon berkah, pertolongan dan petunjuk untuk menunaikan semua urusan dan agar supaya Allah mengabulkan.
Seakan-akan ayat ini mengajurkan agar semua bentuk aktifitas harian seharusnya dimulai dengan nama Allah (dengan membaca Basmalah). Agar apa yang dikerjakan mendapat keberkahan, manfaat ataupun hasil yang maksimal.
Contohnya (selain dari doa yang telah diajarkan Nabi Saw), membaca Basnalah ketika hendak makan, minum, memakai baju, masuk masjid, naik kendaraan, atau dalam setiap aktifitas. Berlandaskan sebuah hadist:
“ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan membaca Basmalah, maka perbuatan itu tidak mendatangkan berkah (manfaat/pahala).”
Meskipun hadist ini dhaif (lemah) namun maksud hadist ini sesuai dengan hadist-hadist sahih (syahid).
Hukum Membaca Basmalah
Disunahkan bagi pembaca Al-Qur’an agar memulai dengan Basmalah ketika membaca permualaan surat dari Al-Qur’an. Namun tidak disunahkan ketika membaca surat at-Taubah. Read More ..
Langganan:
Postingan (Atom)